Blogger templates

Map

26 Apr 2012

Macam - Macam Kepemimpinan


Dari penelitian yang dilakukan Fiedler yang dikutip oleh Prasetyo (2006)ditemukan bahwa kinerja kepemimpinan sangat tergantung pada organisasi maupun gaya kepemimpinan (p. 27). Apa yang bisa dikatakan adalah bahwa pemimpin bisa efektif ke dalam situasi tertentu dan tidak efektif pada situasi yang lain. Usaha untuk meningkatkan efektifitas organisasi atau kelompok harus dimulai dari belajar, tidak hanya bagaimana melatih pemimpin secara efektif, tetapi juga membangun lingkungan organisasi dimana seorang pemimpin bisa bekerja dengan baik.
Lebih lanjut menurut Prasetyo (p.28), gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Selain itu menurut Flippo (1987), gaya kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu (p. 394).
Menurut University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter (2002), Lewin menyimpulkan ada tiga gaya kepemimpinan; gaya kepemimpinan autokratis, gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas) (p. 406)

Gaya Kepemimpinan Autokratis
Menurut Rivai (2003), kepemimpinan autokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi (p. 61).
Robbins dan Coulter (2002) menyatakan gaya kepemimpinan autokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi karyawan (p. 460).
Lebih lanjut Sukanto (1987) menyebutkan ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis (pp. 196-198):

1. Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.
2. Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas.
3. Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota.
Sedangkan menurut Handoko dan Reksohadiprodjo (1997), ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis (p. 304):
1. Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan.
2. Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja.
3. Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota.
4. Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahliannya

Gaya kepemimpinan Demokratis / Partisipatif
Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri (Rivai, 2006, p. 61).
Menurut Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan(p. 460). Jerris (1999) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang menghargai kemampuan karyawan untuk mendistribusikan knowledge dan
kreativitas untuk meningkatkan servis, mengembangkan usaha, dan menghasilkan banyak keuntungan dapat menjadi motivator bagi karyawan dalam bekerja (p.203).
Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Sukanto, 1987, pp. 196-198):
1. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
2. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
3. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
Lebih lanjut ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997, p. 304):
1. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.
3. Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.

Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas)
Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460).
Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (pp.196-198) :
1. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari pemimpin.
2. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.
3. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.
4. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (Handoko dan Reksohadiprodjo, 1997, p. 304):
1. Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.
2. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
3. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok.

Hambatan - hambatan komunikasi


Hambatan-Hambatan Komunikasi Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel

Kita sering melihat dua orang sahabat bertengkar hebat hanya karena masalah sepele. Banyak suami istri yang bercerai, padahal mereka saling mencintai, hanya karena ego dan tidak mau saling memahami. Organisasi  bisa hancur dan pecah karena anggotanya tidak kompak. Dua pihak berseteru karena merasa yang paling benar. Semuanya itu berpangkal dari masalah komunikasi.
Komunikasi adalah hal yang sangat penting ketika kita mulai berhubungan dengan orang lain. Kesuksesan dan kegagalan dalam hidup ini sebenarnya adalah karena faktor komunikasi. Perang  dan perdamaian ada juga karena faktor komunikasi. Semuanya berhubungan dengan komunikasi. Komunikasi ibarat poros yang menjadi inti dari semua kegiatan yang ada di bumi.
Seperti yang sudah dicontohkan, komunikasi tidak selalu berjalan lancar. Ada faktor-faktor yang membuat komunikasi dua pihak menjadi bermasalah. Faktor-faktor tersebut dinamakan hambatan-hambatan komunikasi. Hambatan-hambatan komunikasilah yang menyebabkan dua pihak berseteru. Hambatan-hambatan komunikasi juga menyebabkan perang dunia . Berikut ini merupakan hambatan-hambatan komunikasi Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel .

1.         Perbedaan Persepsi
Setiap orang memiliki kemampuan yang tidak sama dalam hal mengartikan sebuah pesan  atau ungkapan. Ada orang yang mengartikan bentakan seseorang sebagai sebuah ketegasan. Namun, ada juga orang yang mengartikan bentakan tersebut sebagai sebuah kekejaman dan tindak kekerasan. Perbedaan persepsi inilah yang menjadi alasan mengapa dua pihak terlibat konflik. Kadang, perkataan yang sama bisa diartikan beda bila disampaikan pada orang yang berbeda. Setiap orang bisa mengartikan sebuah garis lurus sebagai tiang bendera , namun orang yang lainnya bisa mengartikan sebuah garis lurus tersebut sebagai tanda seru. Padahal, sama-sama garis lurus.
2.         Budaya
Perbedaan budaya juga menjadi salah satu penghambat dalam komunikasi, terlebih bila masing-masing pihak tidak mengerti bahasa yang dipergunakan. Meskipun demikian, hal ini bukanlah masalah besar, tidak sebesar alasan nomor satu karena bisa diakali dengan cara menggunakan bahasa simbol atau saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
3.         Karakter Dasar
Karakter dasar manusia pada dasarnya ada 4, yaitu koleris, melankolis, plegmatis, dan sanguinis. Keempatnya memiliki karakter yang berseberangan. Koleris adalah karakter kuat yang kadang suka menyinggung perasaan. Melankolis adalah karakter yang lembut dan perasa. Sanguinis adalah karakter yang santai. Plegmatis adalah karakter yang suka mengalah. Bayangkan bila keempat karakter ini dipertemukan dalam sebuah komunitas , apa yang akan terjadi? Perbedaan karakter inilah yang memang kadang-kadang menjadi penghambat komunikasi.
4.         Kondisi
Kondisi saat berkomunikasi dengan kawan bicara juga menjadi sebab kesalahpahaman terjadi. Bisa saja saat komunikasi antara dua pihak sedang terjadi, pihak pertama sedang dalam kondisi  yang tidak enak. Akibatnya, kondisi yang tidak enak tersebut mempengaruhi cara menangkap pesan dari kawan bicara sehingga terjadilah kesalahpahaman. Bila sudah tahu hambatan-hambatan yang ada pada komunikasi, kita akan tahu cara mengatasinya.

·         Hambatan-Hambatan Komunikasi Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton

Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :


1.      Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.

2.      Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.

3.      Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.

5.    Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.

6.    Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.

7.    Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.

8.    No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.

Perbedaan Kekuasaan dan Wewenang


Kekuasaan dan wewenang ,terkadang banyak dari kita yang sulit untuk membedakan atau kita menyamakan keduanya dengan arti yang tidak jauh berbeda dan tidak memiliki banyak perbedaan, namun sebenarnya antara Kekuasaan Dan wewenang memilki pengertian yang jauh berbeda walaupun ada sedikit persamaan,oleh karena itu kita akan membahas satu persatu arti dari keduanya.

Terdapat dua pandangan terhadap wewenang :

Pandangan klasik (classical view)
Wewenang datang dari  tingkat paling atas, kemudian secara bertahap diturunkan ke  tingkat yang lebih bawah
Pandangan penerimaan (acceptance view)
Sudut  pandang  wewenang  adalah  penerima  perintah,  bukannya  pemberi  perintah.Pandangan  ini  dimulai  dengan  pengamatan  bahwa  tidak  semua  perintah  dipatuhi  olehpenerima  perintah.  Penerima  perintah  akan menentukan  apakah  akan menerima perintah atau tidak.
Menurut Chester  I. Bernard  seseorang akan memenuhi perintah apabila dipenuhi empat  kondisi berikut:

>> Dia dapat memahami komunikasi
>> Dia percaya bahwa perintah tersebut tidak bertentangan dengan tujuan organisasi
>> Perintah tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan secara keseluruhan, dan
>> Secara fisik dan mental mampu menjalankan perintah tersebut.

Sedangkan arti dari kekuasaan adalah  kemampuan  untuk menggunakan  pengaruh  pada  orang  lain;  artinya kemampuan  untuk mengubah  sikap  atau  tingkah  laku  individu  atau  kelompok.  Kekuasaan  juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian.  Kekuasaan  tidak  sama dengan   wewenang,wewenang  tanpa  kekuasaan atau  kekuasaan  tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi.

Secara umum ada dua bentuk kekuasaan:

1. Pertama  kekuasaan  pribadi,  kekuasaan  yang  didapat  dari  para  pengikut  dan  didasarkan pada seberapa besar pengikut mengagumi, respek dan terikat pada pemimpin. 2. Kedua kekuasaan posisi, kekuasaan yang didapat dari wewenang formal organisasi.Kekuasaan  tidak begitu saja diperoleh  individu, ada 5 sumber kekuasaan menurut John Brench

dan Bertram Raven, yaitu :

1. Kekuasaan menghargai (reward power)

Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk memberi penghargaan pada orang  lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah. (bonus sampai senioritas atau persahabatan)

 2.  Kekuasaan memaksa (coercive power)

Kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum orang yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan. (teguran sampai hukuman).

3.  Kekuasaan sah (legitimate power)
Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang timbul dari pengakuan seseorang  yang  dipengaruhi  bahwa  pemberi  pengaruh  berhak  menggunakan  pengaruh sampai pada batas tertentu.

4.  Kekuasaan keahlian (expert power)
Kekuasaan  yang  didasarkan  pada  persepsi  atau  keyakinan  bahwa  pemberi  pengaruh mempunyai  keahlian  relevan  atau  pengetahuan  khusus  yang  tidak  dimiliki  oleh  orang  yang dipengaruhi. (professional atau tenaga ahli).

5.  Kekuasaan rujukan (referent power)
Kekuasaan  yang  dimiliki  oleh  seseorang  atau  kelompok  yang  didasarkan  pada  indentifikasi pemberi  pengaruh  yang  menjadi  contoh  atau  panutan  bagi  yang  dipengaruhi.  (karisma, keberanian, simpatik dan lain-lain).

Jadi, Wewenang dapat kita artikan sebagai hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu sedangkan Kekuasaan adalah kemampuan  untuk menggunakan  pengaruh  pada  orang  lain;  artinya kemampuan  untuk mengubah  sikap  atau  tingkah  laku  individu  atau  kelompok

Perbedaan ada pada kata hak dan kemampuan,jika dalam wewenang kita dapat menggunakan hak kita untuk memerintah dan mengatur orang lain sedangkan dalam kekuasaan ,kita memang memiliki kemampuan untuk mengatur atau memerintah orang lain.


Konflik dalam organisasi dan penyelesaianya


Konflik adalah segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik  antara diri sendiri maupun pihak lain. Masing-masing ingin membela nilai-nilai yang telah mereka anggap benar, dan memaksa pihak lain untuk mengakui nilai-nilai tersebut baik secara halus maupun keras.

Jenis-jenis konflik adalah sebagai berikut:

  1. Konflik peranan yang terjadi dalam diri seseorang (personale conflict) dimana peraturan yang berlaku tidak dapat diterima oleh seseorang sehingga memilih untuk tidak melaksanakannya.
  2. Konflik antar peran (interrole conflict) dimana orang menghadapi persoalan karena dia menjabat dua atau lebih fungsi yang saling bertentangan; anggota serikat pekerja yang disisi lain sebagai mandor perusahaan.
  3. Konflik yang timbul karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang (intersender conflict) misalnya dekan suatu fakultas harus memenuhi permintaan yang berlainan para ketua jurusan.
  4. Konflik yang timbul karena disampaikannya informasi yang saling bertentangan (intrasender conflict).
  5. Secara struktural, dapat terjadi konflik : (a) konflik hierarkis, yaitu konflik antar berbagai tingkatan organisasi, (b) konflik fungsional, yaitu konflik antar berbagai departemen fungsional organisasi, (c) konflik lini-staf, yaitu konflik antara lini dan staf, dan (d) konflik formal informal, yaitu konflik antara organisasi formal dan informal.


Penyelesaian konflik dapat dilakukan melalui strategi:

  • ·         lose – lose approach, kedua belah pihak dalam konflik kalah
  • ·         win – lose approach, menang untuk mengalahkan
  • ·         win – win approach, memenangkan keduabelah pihak

Adapun penyelesaiannya dilakukan dengan; 
(1) menggunakan kekuasaan, (2) konfrontasi, (3) kompromi, (4) menghaluskan situasi, dan (5) pengunduran diri.

Konflik tidak selamanya menyusahkan akan tetapi memiliki segi-segi positif seperti:

  1. 1.       Konflik internal


  • ·         penggantian pimpinan yang lebih berwibawa, inovatif, dan semangat baru
  • ·         perubahan tujuan organisasi yang disesuaikan dengan perubahan situasi dan kondisi.
  • ·         Pelembagaan konflik itu sendiri, yaitu pemanfaatan konflik sebagai dinamisasi organisasi.

  1. 2.       Konflik eksternal


  • ·         lebih mempersatukan anggota organisasi
  • ·         menyadarkan anggota terhadap strategi dan taktik lawan
  • ·         sebagai suatu lembaga pengawasan
ddidapat dari :  http://forumsejawat.wordpress.com/2011/06/08/konflik-dalam-organisasi-dan-pemecahannya/



RUANG LINGKUP ORGANISASI METODE


Sebenarnya apa sajakah ruang lingkup yang berkutat di dalam Organisasi dan Metode ? Oke sebelum kesitu kita harus mengerti dahulu mengenai sifat dan maksud dari organisasi metode. Sifat yang dimaksud adalah layanan terhadap manager dan administrasi yang berusaha memajukan pekerjaan mereka atau tata cara kerja yang dipergunakan dalam rangka pencapaian efisiensi yang maksimal pada organisasi. Efisiensi tersebut adalah perbandingan terbaik, atau rasionalitas antara hasil yang diperoleh atau output  dengan kegiatan yang dilakukan serta sumber dan waktu yang digunakan. Secara Singkat kita bisa menggunakan rumus berikut :

Efisiensi = Output/Input

Kemudian mengapa efisiensi diperlukan dalam metode organisasi? Efisiensi diperlukan karena merupakan syarat atau ukuran pada pelaksanaan kerja yang setepat tepatnya sehingga Organisasi dan Metode merupakan alat bantu untuk melaksanakan suatu fungsi management yang dapat memanfaatkan waktu dan ruangan yang tersedia secara maksimal. Berikut adalah syarat pencapaian efisiensi dalam Organisasi dan Metode yang bersangkutan :

  • ·    Adanya target yang berbanding terbalik dengan mutu dimana target dapat dicapai dengan hanya membutuhkan waktu yang sedikit untuk memperoleh mutu target yang bagus / banyak.
  • ·  Ekonomi, artinya biaya<materi, tenaga kerja, waktu> yang dikeluarkan diusahakan seminimal    mungkin.
  • ·         Pelaksanakan semua jenis usaha bisa dipertanggung jawabkan.
  • ·         Pengelompokan pembagian terhadap tersedianya tenaga kerja terbatas yang jelas dan seimbang antara wewnang dan tanggung jawab.
  • ·         Prosedure kerja yang praktis.

Kemudian kita juga dapat meningkatkan efisien kerja, yaitu dengan cara :

  • ·         Pelaksanaan  fungsi management secara tepat
  • ·         Pemanfaatan sumber ekonomi yang tepat
  • ·         Pengarahan dan dinamika
  • ·         Adanya perencanaan dini terhadap apa yang akan dilakukan terhadap target yang ingin di capai.
  • ·         Lebih rileks atau tenang diri dalam menghadapi semua hal yang mungkin dalam proses pencapaian target.
  • ·         Pengambilan jam istirahat yang teratur bagi setiap tenaga kerja yang berkontribusi didalamnya. 


Kita telah membahas mengenai sifat dasar Organisasi dan Metode, kemudian apa saja ruang lingkup yang bersangkutan didalamnya ? Ruang lingkup yang di maksut di sini adalah menyangkut bidang – bidang khusus dari Organisasi dan management yang detail dan luas scope nya. Berikut adalah kegiatan – kegiatan yang termasuk di dalam scope Organisasi dan Metode :

  • ·         Analisis Organisasi
  • ·         Komunikasi intern organisasi
  • ·         Tata kerja, procedure kerja dan system kerja
  • ·         Filling
  • ·         Jangka waktu penyimpanan data dan dokumen
  • ·         Pendayagunaan mesin kantor
  • ·         Pendayagunaan perabotan dan peralatan kantor
  • ·         Tata ruang kantor
  • ·         Penulisan laporan
  • ·         Adanya SOP <Standard Operating Procedure>
  • ·         Rincian anggaran belanja
  • ·         Analisa kepegawaian
  • ·         Organisasi Unit
  • ·         Final conclusion

Anggapan “next user” kepada masing masing karyawan
Apa yang dimasud “next user”  dalam salah satu contoh kegiatan scope di atas ? “Next user “ yang dimaksud disini adalah “customer”. Sudah sewajarnya apabila kita ingin menggaet banyak customer, maka kita harus menganggap customer sebagai raja. Melayani raja agar beliau mengkonsumsi product kita adalah tujuan kita sebenarnya, bagaimanapun caranya.

Akibatnya kita cenderung ‘bijaksana’, ‘baik hati’, ‘lemah lembut’, ‘penolong’, ‘suka sharing’, ‘menghormati’ terhadap customer yang kita layani. Kemudian mengapa setiap karyawan tidak kita anggap juga sebagai ‘next user’ kita. Karena apabila masing masing karyawan menyadari bahwa karyawan lain adalah ‘next user’ nya, maka untuk mencapai suatu target akan sangat mudah dan cepat serta tepat waktu. Oleh karena itu pergunakanlah istillah ‘next user’ dalam Organisasi dan Metode

HUBUNGAN TIMBAL BALIK ANTARA MANAJEMEN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA



  1. 1.      Pengenalan Terhadap Manajemen, Organisasi dan Tata Kerja
    Pengertian manajemen adalah proses kegiatan dan pendayagunaan sumbersumberserta waktu sebagai faktor-faktor yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan demi tercapainya tujuan.
    Istilah organisasi dapat diartikan sebagai : Wadah sekelompok manusia untuk saling bekerja sama

    Proses : pengelompokan manusia dalam suatu kerja sama yang efisien Sedangkan istilah metode tersebut berarti suatu tata kerja yang dapat mencapai tujuan secara efisien.

    Pengertian organisasi dan metode secara lengkap adalah :
    Rangkaian proses kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kegunaan segala sumber dan faktor yang menentukan bagi berhasilnya proses manajemen terutama dengan memperhatikan fungsi dan dinamika organisasi atau birokrasi dalam rangka mencapai tujuan yang sah ditetapkan.

    Sedangkan, tata kerja merupakan cara untuk melaksanakan kegiatan itu dengan benar dan berhasil sesuai dengan sumber-sumber dan waktu yang tersedia guna mencapai tingkat efisiensi yang maksimal.


    2.      Fungsi Manajemen Organisasi
    Manajemen pada hakekatnya merupakan proses kegiatan seorang pimpinan
    (manajer) yang harus dilakukan dengan mempergunakan cara-cara pemikiran yang rasional maupun praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui kerja sama dengan orang lain sebagai sumber tenaga kerja tanpa mengabaikan sumber-sumber yang lain dan waktu yang tersedia dengan cara yang setepat-tepatnya.

    Kegiatan manajemen dan aplikasinya dalam organisasi dan metode:
    a.        Planning (perencanaan)
    Merupakan proses kegiatan pemikiran, dugaan dan penentuan prioritas-prioritas yang harus dilakukan secara rasional sebelum melaksanakan tindakan yang sebenarnya. Planning merupakan kegiatan non fisik (kejiwaan) sebelum melaksanakan kegiatan fisik dan sangat diperlukan dalam rangka mengarahkan tujuan dan sasaran organisasi serta tujuan suatu program pembangunan. Hal yang berkaitan dengan perencanaan dalam organisasi diantaranya dalah
    rencana-rencana yang coba disusun oleh pengelola organisasi, seperti rencana kerja atau kegiatan serta anggaran yang diperlukan, teknis pelaksanaannya bisa melalui rapat-rapat, seperti:
    • Rapat Kerja (pengurus organisasi) yang membicarakan rencana-rencana kerja pengurus serta kegiatan anggota yang akan dilakukan dengan satu atau lebih target yang akan dicapai.
    • Rapat Anggaran, untuk menentukan berapa jumlah anggaran yang diperlukan untuk mendukung kerja organisasi atau untuk suatu event / kegiatan (wujudnya daftar RKA) atau proposal kegiatan.

    b.       Organizing (pengorganisasian)
    Merupakan proses penyusunan pembagian kerja ke dalam unit-unit kerja dan fungsi-fungsinya serta penempatan mengenai orang yang menduduki fungsi -fungsi tersebut secara tepat. Organizing dilakukan demi perencanaan, pelaksanaan dan pembagian kerja yang tepat. Yang harus diperhatikan dalam penempatan orang (staffing) dilakukan secara obyektif.
    Dalam hal pengaturan, unsur yang perlu diperhatikan & diwujudkan adalah :
    • Struktur Organisasi yang mampu menunjukkan bagaimana hubungan (relationship) antara organisasi/bagian/seksi yang satu dengan yang lain.
    • Job Description yang jelas yang mampu menjelaskan tugas masing-masing bagian.
    • Bentuk Koordinasi antar bagian dalam organisasi (misal. Rapat Koordinasi antar bagian, Rapat Pimpinan antar Organisasi, dll)
    • Penataan dan Pendataan Arsip & Inventaris Organisasi harus diatur dan ditata dengan baik administrasi organisasi, seperti surat masuk, surat keluar, laporanlaporan, proposal keluar, data anggota, AD/ART, GBHK, presensi, hasil rapat, inventarisasi yang dimiliki, perangkat yang dipinjam dll.

    c.        Motivating (pendorongan)
    Merupakan proses kegiatan yang harus dilakukan untuk membina dan
    mendorong semangat dan kerelaan kerja para pegawai. Motivating mencakup segi-segi perangsang baik yang bersifat rohaniah seperti kenaikan pangkat, pendidikan dan pengembangan karier, pemberian cuti dan sebagainya maupun yang bersifat jasmaniah seperti sistem upah yang menggairahkan pemberian tunjangan, penyediaan fasiliatas yang lengkap dan sebagainya.

    d.       Accounting (pelaporan)
    Pelaporan merupakan unsur wajib yang harus dilakukan untuk menunjukkan sikap & rasa tanggung jawab dari pengurus kepada anggotanya ataupun kepada struktur yang berada diatasnya. Wujud kongkritnya adalah :
    • Progress Report (Laporan Pengembangan Kegiatan) atau
    • Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Kegiatan

    e.        Controlling (pengendalian)
    Merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mengadakan
    pengawasan, penyempurnaan dan penilaian sehingga dapat mencapai tujuan seperti yang direncanakan. Controlling sangat penting untuk mengetahui sampai di mana pekerjaan sudah dilaksanakan sehingga dapat dilakukan evaluasi, penentuan tindakan korektif ataupun tindak lanjut, sehingga pengembangan dapat ditingkatkan pelaksanaannya.

    3.       Hubungan Timbal Balik Antara Manajemen, Organisasi dan
    Tata Kerja
    Tata kerja atau metode adalah satu cara bagaimana (how) agar sumber-sumber dan waktu yang tersedia dan amat diperlukan dapat dimanfaatkan dengan tepat sehingga proses kegiatan manajemen dapat dilaksanakan dengan tepat pula. Dengan tata kerja yang tepat mengandung arti bahwa proses kegiatan pencapaian tujuan sudah dilakukan secara ilmiah dan praktis, di samping itu
    pemakaian tata kerja yang tepat pada pokoknya ditujukan untuk :
    1.  Menghindari terjadinya pemborosan di dalam pendayagunaan sumber-sumber daya dan waktu yang tersedia
    2.  Menghindari kemacetan-kemacetan dan kesimpangsiuran dalam prose pencapaian tujuan
    3.  Menjamin adanya pembagian kerja, waktu dan koordinasi yang tepat.
    Jadi hubungan antara manajemen, organisasi dan tata kerja dapat dilukiskanseperti di bawah ini.
    1. Manajemen : proses kegiatan pencapaian tujuan melalui kerja sama antarmanusia;
    2. Organisasi : alat bagi pencapaian tujuan tersebut dan alat bagi pengelompokkan kerja sama.
    3. Tata Kerja : pola cara-cara bagaimana kegiatan dan kerja sama tersebut
    harus dilaksanakan sehingga tujuan tercapai secara efisien.
    Manajemen, organisasi dan tata kerja ketiganya diarahkan kepada tercapainya tujuan secara efisien.


    KESIMPULAN
    Menurut pendapat saya hubungan antara manajemen , organisasi serta tata kerja saling berhubungan dan sangat erat , karena ketiganya mempunyai peran penting yang saling berkaitan dan saling berarah kepada tercapainnya suatu tujuan secara efisien . jadi apabila ada satu yang kurang dari ini maka suatu organisasi tidak akan berjalan secara efisien . makanya ketiga hubungan ini tak bisa dipisahkan atau di nomor belakangkan . disamping ketiga hubungan ini masih terdapat juga Proses , proses yang mempengaruhi manajemen dalam mengambil sebuah keputusan . proses ini juga merupakan proses organisasional karena lebih penting dari pada manajer individual.


    Tipe , Bentuk , dan Struktur Organisasi
    Dalam Organisasi di Indonesia saat bermacam – macam bentuk organisasi baik bersifat organisasi kemasyarakatan atau organisasi partai politik. Bahkan dalam pemerintahan dikatakan organisasi berskala nasional karena organisasi tersebut terdiri dalam anggota dan pengurus.
    Tipe Organisasi :
    a.   Piramida Mendatar (flat)
    Mempunyai cirri – cirri diantaranya:
    1.     Jumlah satuan organisasi tidak banyak sehingga tingkat – tingkat hararki kewenangan sedikit
    2.    Jumlah pekerja (bawahan) yang harus dikendalikan cukup banyak.
    3.    Format jabatan untuk tingkat pimpinan sedikit karena jumlah pimpinan relative kecil
    Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiVnhuoR9sCgudaRHvoTDeuReI67QrpVYtRGYXEHVnuxRHjXl4uJC8Xi1nL0DALsQ3AAZYwtrjPrThaRNYbQKYNKWWyg65PpYe55eacfHECwj03wNz4AxdwoXLIrFaragFRyv6Qfv6PIOc/s320/piramid.JPG


    b.  Piramida Terbalik
    Organisasi piramida terbalik adalah kebaalikan dari tipe piramida terbalik adalah jumlah jabatan pimpinan lebih besar daripada jumlah tenaga kerja. Organisasi ini hanya cocok untuk organisasi – organisasi pengangkatan pegawainya berdasarkan atas jabatan fungsional.

    Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqz7FOGdiy-ABKBPj-Fq1bpcAN0M4Kt09M0_huGkwFWBAe8VjA2Q0xo-LLIXfEIt2jegemJsUcM81X7vZaDGjJCd1F-CzvrfLTwbbWgAH6IO4AL0RHjaPYq0q-SQuaTGFC6lD2BqoyPxsS/s320/leadership+stages.jpg


    c.   Tipe Kerucut
    Cirri – cirinya sebagai berikut :
    1.     Jumlah satuan organisasi banyak sehingga tingkat – tingkat hirarki/kewenangan banyak
    2.    Rentang kendali sempit
    3.    Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada pejabat/pimpinan yang bawah/rendah
    Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhopr_w9inOmgfTlqS70qKyjf_cVJtBnCelzQSWNKers4yBBdVlAf0fKgHUtMqUv7BCpE1b2XOt_KCCyD0eTDsczenKIzp6UkGDkG3Vo1q7wmRahkHsYsBIPCKitEwOo0dhVXeaaKmNL4pZ/s320/type+organisasi.JPG



    Bentuk Organisasi:
    a.    Bentuk Organisasi Staff
    b.    Bentuk Organisasi Lini
    c.    Bentuk Organisasi Fungsional
    d.    Bentuk Organisasi Fungsional dan Lini
    e.    Bentuk Organisasi Fungsional dan Staff
    f.    Bentuk Organisasi Lini dan staff

    Kesimpulan
    Struktur atau skema organisasi yaitu satuan organisasi yang mempunyai hubungan dan saluran wewenang dan tanggung jawab yang ada dalam organisasi. Jadi arti organisasi dan tipe organisasi sering disamakan padahal keduanya sangat berbeda satu sama lain. Menurut tipenya organisasi dibedakan menjadi dua macam , yaitu Organisasi dengan Tipe Piramida dan Organisasi dengan Tipe kerucut. Bentuk organisasi saling berhubungan baik dari tipe tata hubungan , wewenang dan tanggung jawab dalam suatu organisasi.