Dari penelitian yang dilakukan Fiedler yang dikutip oleh
Prasetyo (2006)ditemukan bahwa kinerja kepemimpinan sangat tergantung pada
organisasi maupun gaya kepemimpinan (p. 27). Apa yang bisa dikatakan adalah
bahwa pemimpin bisa efektif ke dalam situasi tertentu dan tidak efektif pada
situasi yang lain. Usaha untuk meningkatkan efektifitas organisasi atau
kelompok harus dimulai dari belajar, tidak hanya bagaimana melatih pemimpin
secara efektif, tetapi juga membangun lingkungan organisasi dimana seorang
pemimpin bisa bekerja dengan baik.
Lebih lanjut menurut Prasetyo (p.28), gaya kepemimpinan
adalah cara yang digunakan dalam proses kepemimpinan yang diimplementasikan
dalam perilaku kepemimpinan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk
bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Selain itu menurut Flippo
(1987), gaya kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku
yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu
untuk mencapai suatu tujuan tertentu (p. 394).
Menurut University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan
Coulter (2002), Lewin menyimpulkan ada tiga gaya kepemimpinan; gaya
kepemimpinan autokratis, gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan
Laissez-Faire (Kendali Bebas) (p. 406)
Gaya Kepemimpinan Autokratis
Menurut Rivai (2003), kepemimpinan autokratis adalah gaya
kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai
keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling
diuntungkan dalam organisasi (p. 61).
Robbins dan Coulter (2002) menyatakan gaya kepemimpinan
autokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada
dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan
secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi karyawan (p. 460).
Lebih lanjut Sukanto (1987) menyebutkan ciri-ciri gaya
kepemimpinan autokratis (pp. 196-198):
1. Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.
2. Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh
atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti
untuk tingkatan yang luas.
3. Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan
kerjasama setiap anggota.
Sedangkan menurut Handoko dan Reksohadiprodjo (1997),
ciri-ciri gaya kepemimpinan autokratis (p. 304):
1. Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan.
2. Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja.
3. Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan
kecamannya terhadap kerja setiap anggota.
4. Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif
kecuali bila menunjukan keahliannya
Gaya kepemimpinan Demokratis / Partisipatif
Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu
struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang
kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi,
dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri
(Rivai, 2006, p. 61).
Menurut Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan
demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan
dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi
karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai,
dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan(p.
460). Jerris (1999) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang menghargai
kemampuan karyawan untuk mendistribusikan knowledge dan
kreativitas untuk meningkatkan servis, mengembangkan usaha,
dan menghasilkan banyak keuntungan dapat menjadi motivator bagi karyawan dalam
bekerja (p.203).
Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Sukanto, 1987, pp.
196-198):
1. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan
keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin.
2. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum
untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin
menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih.
3. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka
pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
Lebih lanjut ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis (Handoko
dan Reksohadiprodjo, 1997, p. 304):
1. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan
organisasi.
2. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas.
3. Pemimpin adalah obyektif atau fact-minded dalam pujian
dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa
dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.
Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas)
Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin
yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam
pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut
karyawannya paling sesuai (Robbins dan Coulter, 2002, p. 460).
Menurut Sukanto (1987) ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali
bebas (pp.196-198) :
1. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu
dengan partisipasi minimal dari pemimpin.
2. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin
yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat
ditanya.
3. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam
penentuan tugas.
4. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan
anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu
kejadian.
Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas (Handoko dan
Reksohadiprodjo, 1997, p. 304):
1. Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya
sendiri.
2. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.
3. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk
mencapai tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok.